RESENSI NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEE LESTARI


 TUGAS RESENSI NOVEL
 Nama : 
a. Anggun Listiya Rachman (24010044048) 
b. Julia Firo Zanggi (24010044136) 
c. Fatimatuz Zahroo (24010044043) 
d. Dinda Wulan Cahyawati (24010044011)
 Kelas / : BIO97 Jurusan : Pendidikan Luar Biasa (PLB) 
Fakultas : Ilmu Pendidikan 

RESENSI NOVEL PERAHU KERTAS 

Resensi ini ditulis untuk memenuhi tugas UTS Bahasa Indonesia

IDENTITAS BUKU: 

Judul: Perahu Kertas 

Penulis: Dee Lestari 

Penerbit: Bentang Pustaka 

Tahun Terbit: 2009 

Jumlah Halaman: 444 halaman 

ISBN: 978-979-1227-78-0

Genre: Fiksi, Romance, Coming of Age 

PROFIL PENULIS:

Nama lengkap: Dewi Lestari Simangunsong

Nama pena: Dee Lestari

Tanggal lahir: 20 Januari 1976

Asal: Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Profesi: Penulis, penyanyi, dan komposer

Dee Lestari memulai kariernya sebagai penyanyi dalam grup vokal Rida Sita Dewi sebelum kemudian dikenal luas sebagai penulis produktif. Namanya mulai melambung di dunia sastra Indonesia lewat karya fenomenal Supernova yang terbit tahun 2001. Ia dikenal dengan gaya penulisan yang filosofis, puitis, dan sering memasukkan unsur spiritualitas, sains, dan psikologi dalam tulisannya.

Selain Supernova dan Perahu Kertas, ia juga menulis karya populer lainnya seperti Filosofi Kopi, Rectoverso, dan Aroma Karsa. Dee Lestari termasuk penulis yang berhasil menjembatani karya sastra dengan pembaca muda lewat cerita yang relevan dan gaya bahasa yang kuat.

SINOPSIS: 

Perahu Kertas mengisahkan Kugy, seorang gadis ceria, unik, dan imajinatif, yang hobi menulis dongeng dan mengirim pesan lewat perahu kertas. Ia adalah tipe orang yang mengikuti hati dan percaya bahwa setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Kugy memilih jurusan Sastra, meski orang-orang di sekitarnya sering tak mengerti jalan pikirannya.

Di sisi lain, ada Keenan, laki-laki pendiam yang berbakat melukis, tapi harus mengubur mimpinya demi menuruti keinginan sang ayah untuk belajar bisnis. Ia datang ke Bandung dengan perasaan tertekan, tapi pertemuannya dengan Kugy mulai mengubah banyak hal.

Seiring waktu, keduanya membentuk ikatan yang kuat. Namun hubungan itu tak berjalan mulus. Mereka terpisah oleh situasi, orang-orang baru, dan jalan hidup yang membawa mereka ke arah berbeda. Kugy menjalin hubungan dengan Ojos, lalu Remi. Keenan terlibat dengan Luhde, sepupunya sendiri. Meski begitu, hati mereka seperti selalu saling mencari.

Di tengah gejolak perasaan, mereka juga harus berjuang mengejar mimpi masing-masing. Keenan akhirnya kembali melukis dan membangun karier seni. Kugy menekuni dunia tulis-menulis dan bekerja di dunia periklanan. Jalan mereka berliku, penuh salah paham, kehilangan, dan pertanyaan besar: apakah cinta dan mimpi bisa sejalan?

Novel ini tidak hanya menyajikan kisah cinta, tapi juga pergulatan batin tentang identitas, keluarga, dan keberanian mengikuti suara hati. Dee mengemasnya dengan dialog yang natural, kisah yang dekat dengan realita, serta simbolisme yang kuat—khususnya pada perahu kertas, sebagai lambang harapan dan impian yang mengalir tanpa tahu pasti ke mana akan berlabuh.

RELEVANSI NOVEL DENGAN KEHIDUPAN MAHASISWA:

1. Pencarian Jati Diri dan Passion

Tokoh Keenan dan Kugy mewakili pergulatan banyak mahasiswa yang sedang berada di masa pencarian: siapa diri mereka sebenarnya dan apa yang benar-benar ingin mereka lakukan. Banyak mahasiswa terjebak antara keinginan pribadi dan ekspektasi keluarga—seperti Keenan yang dipaksa belajar ekonomi padahal mencintai seni lukis.

2. Ketidakpastian Masa Depan

Cerita ini menggambarkan dengan jujur bagaimana masa depan sering kali terasa kabur. Kugy sempat kehilangan arah dan merasa tidak yakin dengan pilihannya. Ini mencerminkan realita mahasiswa yang sering galau akan jurusan yang dipilih atau jalan karier ke depannya.

3. Tantangan dalam Hubungan Sosial dan Percintaan

Relasi Kugy dan Keenan yang rumit menggambarkan dinamika hubungan yang sering terjadi di kalangan mahasiswa. Perasaan suka, patah hati, kedewasaan dalam bersikap, hingga melepaskan demi kebahagiaan orang lain—semua adalah bagian dari proses pendewasaan.

4. Tekanan Lingkungan dan Tuntutan Realita

Mahasiswa kerap merasa tertekan oleh standar orang tua, masyarakat, atau bahkan diri sendiri. Novel ini menunjukkan pentingnya keberanian untuk mengambil keputusan sendiri, meski sulit dan penuh risiko.

5. Makna Mimpi dan Harapan

Simbol “perahu kertas” adalah pengingat bahwa meskipun mimpi tampak sederhana dan rapuh, ia tetap harus dilepas ke arus kehidupan. Seperti mahasiswa yang punya cita-cita besar, mereka perlu percaya bahwa setiap langkah dan keputusan adalah bagian dari perjalanan itu.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

KELEBIHAN BUKU: 

Salah satu kelebihan utama dari novel Perahu Kertas adalah gaya bahasa Dee Lestari yang khas—puitis namun tetap mudah dipahami. Ia mampu merangkai kata dengan indah tanpa terasa berlebihan, sehingga membuat pembaca tenggelam dalam narasi yang mengalir. Karakter-karakter dalam novel ini juga kuat dan relatable, terutama bagi kalangan remaja dan mahasiswa. Keunikan Kugy sebagai gadis nyentrik dengan imajinasi liar dan Keenan sebagai seniman yang tertekan oleh ekspektasi keluarga, menjadikan kisah mereka sangat dekat dengan realita banyak anak muda. Selain itu, simbol perahu kertas sebagai lambang harapan dan mimpi menjadi sentuhan filosofis yang memperkaya isi cerita. Dee juga berhasil mengangkat isu tentang pencarian jati diri, tekanan sosial, serta konflik antara idealisme dan realita hidup dengan cara yang mengena.

KEKURANGAN BUKU: Salah satunya adalah alur cerita yang di beberapa bagian terasa lambat dan berputar-putar, terutama saat tokoh-tokohnya menjalani kehidupan masing-masing setelah terpisah. Hal ini bisa membuat pembaca merasa cerita sedikit terlalu panjang dan melelahkan. Selain itu, konflik percintaan antara Kugy dan Keenan kadang terkesan terlalu dramatis dan berlarut-larut, sehingga membuat pembaca frustrasi karena mereka terus berpisah meski saling mencintai. Meski begitu, kekurangan ini tidak terlalu mengganggu karena tertutup oleh kekuatan karakter dan pesan moral yang dibawa dalam cerita.

KESIMPULAN DAN PESAN MORAL

Secara keseluruhan, Perahu Kertas adalah novel yang berhasil menggambarkan proses tumbuh dewasa dengan cara yang lembut dan menyentuh. Novel ini relevan dengan mahasiswa yang sedang dalam fase "mencari", baik mencari cinta sejati, tujuan hidup, maupun keberanian untuk memilih jalannya sendiri.  Perahu Kertas bukan hanya kisah cinta biasa, tetapi juga tentang keberanian menjadi diri sendiri dan mempertahankan impian di tengah berbagai tekanan. Untuk kamu yang sedang galau memilih antara keinginan hati dan tuntutan realita, buku ini bisa menjadi teman yang menguatkan. Bacaan yang hangat, menyentuh, dan memberi ruang untuk merenung.

Komentar